Ini kali pertama aku kecopetan. Tempat Kejadian Perkara (TKP) berada di bus umum daerah Surabaya. Aku duduk sendirian di kursi no 2 dari belakang. Saat bus mulai melaju, aku ngerasa biasa-biasa aja, tidak ada yang aneh. Lalu datang seorang Ibu dengan 2 anaknya. Ibu itu duduk disampingku, sedangkan 2 anaknya berada di kursi sebelah yang bersebrangan. Tak lama kemudian, Ibu tersebut turun, posisinya digantikan oleh seorang laki-laki. Aku menoleh dan hanya melihatnya sekilas, seorang laki-laki bertopi merah, berjaket levis dan agak brewokan, tidak muda juga tidak terlalu tua. Aku melihat layar HP untuk membaca sms balasan dari temanku. Lalu aku masukkan kembali di kantung tas bagian depan
Aku mulai berandai-andai, membayangkan bagaimana jika lelaki di sampingku ternyata pencopet, soalnya gelagatnya aneh. Aku teringat pelajaran B.Indonesia SMA, saat itu diberi tugas untuk menyimpulkan hikmah dari sebuah cerpen. Kebetulan judulnya Si Pencopet, kira-kira hikmahnya aku simpulkan begini: Jangan terlalu bersikap percaya pada orang yang baru dikenal, karena kemungkinan dapat menghilangkan sikap kehati-hatian. Aku mulai mendekap tasku rapat-rapat. Tapi aku juga berpikir, bukankah pikiran seperti ini termasuk su’udzon (berprasangka jelek pada orang lain)? Entahlah!
Tiba-tiba entah kenapa lembaran uang seribuan milik penumpang belakang jatuh berserakan di kursiku. Si penumpang laki-laki (yang aku duga bekerja sama dengan mas pencopet) itu pun menyuruhku minggir sebentar dan memintaku untuk mengambilkan lembaran uang miliknya yang jatuh. Nadanya yang terkesan tergesa-gesa membuatku jadi panik.
“Mbak itu mbak uangnya, disitu mbak, itu lo mbak. Mbak minggir bentar dong....”
(Mungkin saat inilah mas pencopet beraksi). Ia terus menyuruhku mengambilnya meski sebenarnya sudah tidak ada lagi lembar kertas uang yang jatuh. (Sekali lagi) “itu mbak, dibawah kursi mbak....”
Aku kembali ke tempat semula, dan masih tak ada firasat apa-apa. Kemudian seorang pengamen masuk. Karena udah mau sampai rumah, aku berdiri mengambil posisi di samping pintu bus supaya bisa turun lebih cepat. Sang pengamen menyelesaikan bait terakhir lagunya. Tak ada niat untuk memberi apresiasi padanya karena aku sudah siap turun. Yang buatku heran, tiba-tiba banyak orang yang berdiri, termasuk yang duduk disampingku, padahal tempat duduk masih banyak yang kosong. Tapi aku pikir, mungkin mereka juga mau turun. Sepertinya orang-orang yang berdiri itu memandangiku, (mungkin karena aku cantik kali y.....hehehe) aku jadi merasa nggak enak sendiri. Akhirnya bus berhenti di tempat tujuanku. Aku melihat busnya yang mulai melaju kembali. Ternyata “orang-orang” itu masih memandangiku (aku kok belum nyadar sih kalo kecopetan, hiks hiks). Tapi aku cuekin aja, emang mesti gimana .....
Aku masih harus nyebrang jalan raya, untung saja situasinya sepi, jadi aku bisa melenggang dengan tenang. Dan akhirnya aku masuk juga ke dalam rumah. Lega rasanya, karena di luar cuacanya sangat panas. Ku lepaskan tas punggungku dan kuhempaskan saja di atas kursi. Tiba-tiba mataku tertuju pada kantung tas bagian depan dan resletingnya terbuka sedikit. Sepertinya aku baru menyadari ada “something” yang tidak beres karena seharusnya dan aku sangat ingat kalau resletingnya tadi tertutup penuh. Tanpa pikir panjang aku langsung memeriksa isinya dan ternyata dugaan ‘ketidakberesan’ itu benar adanya. Satu HP ku –sebenarnya milik adikku-raib, aku bersyukur karna bukan HP modem yang raib, kalau hilang gimana aku mau ngenet sepuasnya :D ..... Akhirnya baru sadar juga kalau kecopetan setelah barangnya sudah tidak ada lagi di depan mata.
Setidaknya aku telah merasakan bagaimana rasanya kecopetan, terjadi begitu saja, sangat cepat tanpa disadari. Rasa kecewa dan marah sudah pasti muncul. Apalagi itu bukan HP ku sendiri, gimana nanti bilangnya.......Tapi aku perlu berterima kasih pada mas pencopet.
Terima kasih karena sudah menegurku bahwa seharusnya aku lebih bersyukur karena aku lebih beruntung mempunyai kecukupan materi.
Terima kasih karena sudah menyadarkanku untuk lebih menghargai profesi mengamen.
Terima kasih karena sudah mengingatkanku untuk selalu berhati-hati dan tetap waspada
Terima kasih, karena secara tidak langsung, mengajarkanku untuk bersholawat whenever and wherever.
Dari mas pencopet juga, aku juga sedikit tahu beberapa modus dalam menjalankan aksinya. Diantara modus yang bisa aku simpulkan:
Bersikap positiv thinking atau husnu dzon memang dianjurkan. Dan jika dalam situasi seperti diatas, sikap tersebut jangan sampai menghilangkan sikap waspada atau berhati-hati. Karena bersikap waspada bukanlah termasuk su’udzon atau negative thinking. (Keduanya sangat berbeda).
Seperti kata bang Napi, kejahatan terjadi tidak hanya karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan. Jadi WASPADALAH! WASPADALAH!
0 komentar:
Silahkan untuk memberikan komentar di sini...