ABRAHAM MASLOW: Teori Kepribadian Humanistik
Teori kepribadian humanistik dipelopori oleh Abraham Maslow yang juga dianggap sebagai bapak dari teori ini. Teori humanistik merupakan salah satu yang terbesar dari teori-teori mengenai tingkah laku manusia. Berikut uraian tentang prinsip dan konsep dasar dari teori kepribadian humanistik.
Teori kepribadian humanistik dipelopori oleh Abraham Maslow yang juga dianggap sebagai bapak dari teori ini. Teori humanistik merupakan salah satu yang terbesar dari teori-teori mengenai tingkah laku manusia. Berikut uraian tentang prinsip dan konsep dasar dari teori kepribadian humanistik.
EKSISTENSIALISME DAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Pertama, konsep dari teori ini bersumber dari salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Aliran ini menolak paham yang menyatakan bahwa manusia hanya semata sebagai hasil bawaan atau lingkungan sepenuhnya.
Sebaliknya, aliran ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih, menentukan tindakannya dan nasibnya sebgai konsekuensi atas eksistensinya. Namun bagaimanapun, kebebasan memilih itu tak bisa diartikan dan tak bisa menjamin bahwa setiap individu itu dapat menentukan pilihan dan berbuat yang terbaik. Karena jika demikian, manusia tidak akan mengalami keputusasaan, kesengasaraan serta penderitaan-penderitaan lain dalam hidupnya.
Sebaliknya, aliran ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih, menentukan tindakannya dan nasibnya sebgai konsekuensi atas eksistensinya. Namun bagaimanapun, kebebasan memilih itu tak bisa diartikan dan tak bisa menjamin bahwa setiap individu itu dapat menentukan pilihan dan berbuat yang terbaik. Karena jika demikian, manusia tidak akan mengalami keputusasaan, kesengasaraan serta penderitaan-penderitaan lain dalam hidupnya.
Yang menjadi persoalan utama dari aliran ini adalah bagaimana individu itu dapat mengungkapkan segala potensi yang dimiliknya sehingga ia dapat memperoleh kehidupan yang sejati. Agaknya, pandangan aliran ini mengenai kebebasan individu dalam tindakannya menjadi daya tarik tersendiri bagi para ahli kepribadian humanistik. Mereka menekankan bahwa individu adalah sebagai penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Bagi para tokoh kepribadian ini, pengalaman subjektif individu itu lebih diutamakan daripada tingkah laku yang nampak pada individu. (Mungkin hal ini dinyatakan dalam teori kebutuhan bertingkat Maslow yang mendasarkan pada dorongan atau motivasi dalam diri manusia)
Kedua, adalah konsep kemenjadian (becoming), konsep yang juga bersumber dari aliran eksistensialisme. Dalam konsep ini, manusia itu terus bergerak dan berproses menuju perubahan untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya. Tetapi perubahan ini dapat terjadi apabila lingkungan memungkinkan. Dan proses ini tidaklah semudah membalikkan tangan. Kesulitan ini terutama disebabkan adanya perubahan dan hambatan yang bersifat kultural. Sebagai contoh: Pada tradisi Jawa yang masih kental seorang perempuan yang mempunyai karier tinggi akan dianggap “pamali” (tidak pantas), karena tugas pokoknya adalah mengurus rumah tangga. Padahal dengan berkarier, dia bisa berproses menuju perubahan.
AJARAN DAN DASAR PSIKOLOGI HUMANISTIK
1. Individu sebagai satu kesatuan dan bersifat menyeluruh
Maslow menganut prinsip holistik, yaitu sebuah prinsip yang meyakini suatu fenomena atau gejala itu hanya bisa dipelajari jika bersifat menyeluruh dan bersifat integral. Untuk itulah, teori kepribadian humanistik mengemukakan bahwa manusia atau individu itu harus dipelajari dengan dan secara menyeluruh, bukan memisahkannya menjadi beberapa elemen. Pernyataan ini dapat dianalogikan bahwa kita mempelajari hutan (menyeluruh) bukan hanya pohon-pohon.
Maka dalam teorinya, Maslow menyatakan bahwa motivasi itu mempengaruhi individu secara keseluruhan, bukan hanya bagian-bagian tertentu saja. Semisal ketika kita lapar, yang menyebabkan dorongan (motivasi) itu bukan hanya perut, melainkan diri kita (manusia). Makanan memuaskan kita, bukan perut kita.
2. Ketidakrelevenan penyelidikan dengan hewan
Pada dasarnya, ajaran dalam teori ini menentang teori behaviorisme yang menyelidiki tingkah laku hewan untuk mengetahui tingkah laku manusia. Maslow mengingatkan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara manusia dengan hewan, karena manusia lebih dari sekedar hewan. Ketidakrelevanan ini disebabkan karena dapat mengabaikan ciri khas yang melekat pada manusia seperti nilai-nilai, gagasan, ide yang kesemuanya itu dapat menciptakan suatu yang baru.
Ajaran ini didukung oleh fakta dengan tidak adanya ahli kepribadian tikus, kucing atau yang lain, yang ada hanyalah ahli kepribadian manusia. Hanya manusialah yang dapat dijadikan subjek untuk memahami tingkah laku manusia, bukan hewan ataupun sesuatu yang lain.
3. Pembawaan baik manusia
Ajaran lain dari teori ini menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik. Adapun kejahatan atau keburukan yang ada dalam diri manusia itu disebabkan karena pengaruh lingkungan yang buruk, bukan bawaan.
4. Potensi kreatif manusia
Kreatifitas merupakan ajaran yang penting dalam teori kepribadian humanistik. Potensi kreatif adalah potensi umum yang pasti dimiliki setiap individu. Maslow yakin bahwa orang yang memiliki kesempatan dan berada dalam lingkungan yang memungkinkan akan dapat mengungkapkan segenap potensinya dengan kreatifitasnya.
Untuk menjadi kreatif, tidak perlu memiliki bakat atau kemampuan khusus. Bagi Maslow, kreatifitas adalah bagaimana seseorang itu mampu mengekspresikan dirinya untuk menjadi apa yang dia inginkan.
TEORI KEBUTUHAN BERTINGKAT
Abraham Maslow, juga dikenal karena teori kebutuhan bertingkat yang digagasnya. Menurut Maslow, tingkah laku manusia dapat dipahami dengan melihat kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mencapai tujuan yang diharapkan sehingga ia dapat mendapat kepuasan. Menurut Maslow, manusia itu tidak akan pernah merasa puas sepenuhnya, karena kepuasan itu bersifat sementara. Artinya, ketika seseorang itu salah satu kebutuhannya telah terpenuhi dan terpuaskan, maka ia akan menuntut kebutuhan yang lain untuk dipenuhi dan dipuaskan, begitu seterusnya.
Dalam hal ini, Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima tingkatan.
Kelima kebutuhan bertingkat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
Adalah sekumpulan kebutuhan-kebutuhan dasar yang paling penting untuk segera dipenuhi karena terkait dengan kelangsungan hidup manusia, seperti makanan, udara, air dan yang lain. Jika kebutuhan ini belum terpenuhi, maka individu tidak akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang di atasnya. Sebagai contoh, ketika kita lapar, maka kita tidak akan tergerak untuk belajar atau melakukan hal lain, hasrat kita saat itu ingin segera memperoleh makanan secepatnya.
Kebutuhan fisiologis terutama kebutuhan akn makanan adalah salah satu aspek penting untuk memahami tingkah laku manusia. Efek dari kelaparan atau kekurangan itu sungguh berpengaruh terhadap tingkah laku individu atau manusia, salah satunya ditunjukkan oleh moral yang menurun, seperti mencuri. Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan ini menjadi pendorong dan berpengaruh kuat terhadap tingkah laku manusia dan manusia akan memenuhinya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Menurut Maslow adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kenyamanan dan keteraturan dari keadaan lingkungan sekelilingnya. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan ini sangat nyata dan bisa dilihat pada seorang bayi. Seorang bayi misalnya, apabila mendengar halilintar akan memberikan respon ketakutan. Tapi di kemudian hari, dengan belajar dan pengalamannya, maka ia akan tahu bahwa itu bukan sesuatu yang membahayakan sehingga ia tidak perlu takut.
Dari contoh diatas, dapat dikatakan bahwa faktor belajar atau pengalaman itu dapat mempengaruhi penurunan urgensi tingkat kebutuhan rasa aman. Sebaliknya, peningkatan urgensi kebutuhan rasa aman bisa juga terjadi disebabkan faktor pengalaman. Sebagai contoh anak yang mengalami suatu trauma, maka ia akan mendorong dirinya untuk memperoleh rasa aman yang berlebih.
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
Adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan interaksi dan ikatan emosional dengan individu yang lain, baik di lingkungan keluarga atau masyarakat. Individu akan mengalami keterasingan, kesepian apabila keluarga, teman atau pasangan hidup meninggalkannya. Ia akan mengalami penderitaan dalam hidupnya. Tapi bagi sebagian orang, dalam kesepiannya, ia bisa memunculkan suatu kreativitas.
Maslow menekankan bahwa kebutuhan ini mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai. Menurut Maslow, kedua hal ini merupakan syarat terciptanya perasaan yang sehat. Tanpa cinta, seseorang akan dikuasai rasa kebencian, tak berharga dan kehampaan.
4. Kebutuhan akan rasa harga diri
Maslow membagi kebutuhan ini menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah penghargaan yang berasal dari diri individu, yang mencakup rasa percaya diri, berkompetisi, kemandirian serta kebebasan. Individu ingin yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Bagian kedua adalah penghargaan dari orang lain diantaranya prestasi, pujian atau hadiah.
Terpuaskannya kebutuhan ini akan menghasilkan rasa percaya diri, bahwa dirinya berharga serta berguna. Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka individu akan frustasi, pesimis, merasa dirinya tak berharga. Maslow menyatakan bahwa rasa harga diri yang sehat adalah hasil dari individu yang bersangkutan atau pencapaiannya, bukan berdasar pada keturunan atau pun opini orang lain. Dan Maslow menyebutnya sebagai “bahaya psikologis” jika seseorang hanya mendasarkan dirinya pada opini orang lain.
Namun dalam kebutuhan ini, seseorang dapat kembali pada kebutuhan sebelumnya (kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki) dikarenakan hilangnya kebutuhan ini. Misalnya suami yang terus sibuk bekerja (kebutuhan akan rasa harga diri) sehingga hampir tidak pernah memperhatikan istrinya dan akibatnya sang istri pun meninggalkannya. Maka, ia pun akan kembali berusaha untuk mendapatkan rasa cinta itu dengan mengurangi frekuensi pekerjaannya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan untuk aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang tertinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan dibawahnya telah terpenuhi. Tanda dari aktualisasi diri menurut Maslow adalah hasrat individu mengungkapkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjadi apa yang dia inginkan. Maslow menegaskan bahwa aktualisasi diri bukan hanya berbentuk penciptaan karya-karya atau hasil dari kemampuan-kemampuan khusus. Aktualisasi diri itu juga mencakup usaha keras individu seperti halnya orang tua, mahasiswa atau buruh yang berusaha membuat yang terbaik serta bekerja dengan keras sesuai dengan bidang masing-masing. Bentuk pengaktualisasian diri tiap orang berbeda karena adanya perbedaan-perbedaan individual.
Bagi Maslow, hanya sedikit orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya secara sempurna, karena proses ini tidaklah mudah dan banyak sekali hambatan. Hambatan pertama datang dari individu yang berupa ketidaktahuan, keraguan bahkan rasa takut untuk mengungkapkan potensinya. Sedangkan hambatan kedua berasal dari lingkungan yang tidak mendukung. Intinya, aktualisasi diri itu memungkinkan apabila terdapat lingkungan yang menunjang. Hambatan terakhir adalah kebutuhan rasa aman yang terlalu kuat. Ketika ia akan mengaktualisasikan diri, ia akan terbayang hal-hal yang menakutkan dan mencekam setelahnya atau adanya suatu tanggung jawab yang takut ia emban sehingga ia pun bergerak mundur, kembali pada keadaan menuntut rasa aman.
MOTIF KEKURANGAN DAN MOTIF PERTUMBUHAN.
Sebagai tambahan atas konsep kebutuhan bertingkatnya, Maslow membagi motif-motif manusia menjadi dua bagian, yaitu motif kekurangan dan motif pertumbuhan. Motif kekurangan mencakup kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Motif kekurangan ini mnurut Maslow menjadi penentu yang mendesak bagi tingkah laku manusia. Maslow menyebutkan lima ciri-ciri dari motif kekurangan, sebagaimana berikut:
1. Ketiadaan pemuasnya membuat sakit (Contoh, ketika seseorang lapar, dan tidak mendapatkan makanan, maka ia akan jatuh sakit)
2. Adanya pemuas itu dapat mencegah sakit (dengan makan makanan, orang yang lapar tidak menjadi sakit)
3. Adanya pemuas itu menyembuhkan penyakit (tidak ada obat bagi rasa lapar kecuali makanan)
4. Dalam kondisi memilih, motif kekurangan akan lebih diutamakan (Contoh: seseorang yang lapar akan lebih memilih makanan daripada baju)
5. Motif-motif kekurangan tidak begitu dominan pada orang sehat
Sebaliknya, motif-motif pertumbuhan mendorong individu untuk mengungkapkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu, motif ini juga dapat memberi semnagat hidup. Adanya motif-motif pertumbuhan bukan berarti menyertakan suatu perbaikan pada motif kuekurangan. Motif-motif pertumbuhan dapat menjadi sasaran utama setelah motif-motif kekurangan telah terpuaskan atau terpenuhi. Misalnya ketika seseorang mempelajari otomatif, ia tidak akan tergerak melakukan hal itu sebelum menghilangkan rasa laparnya.
Selanjutnya, Maslow mengatakan bahwa motif pertumbuhan adalah bersifat naluriah, seperti halnya motif-motif kekurangan. Oleh karenanya, motif-motif pertumbuhan harus terpuaskan jika ingin kesehatan psikologis terpelihara dan mencapai perkembangan yang maksimal. Jika tidak terpuaskan, maka seseorang akan sakit secara psikologis. “Penyakit” yang muncul akibat tidak terpuaskannya motif-motif pertumbuhan oleh Maslow disebut metapologi. Dibawah ini adalah contoh motif pertumbuhan dan metapologi yang mungkin muncul.
Motif pertumbuhan | Motif kekurangan |
Kebenaran | Skeptisisme, kehilangan kepercayaan |
Keadilan | Ketidakadilan, egosentrisme |
Semangat | Kehilangan semangat hidup, depresi |
AKTUALISASI DIRI SEBAGAI CORAK KEHIDUPAN IDEAL
Dalam teori kepribadian humanistik, pencapaian aktualisasi diri merupakan penggambaran yang sempurna dari corak kehidupan yang ideal. Manusia yang telah mencapainya akan dapat melihat serta memahami makna kehidupan yang sebenarnya. Tentu saja untuk mencapai hal ini, membutuhkan waktu yang tak sedikit disamping adanya hambatan serta rintangan yang harus dihadapi.
Selain itu, dapat dikatakan bahwa pencapaian aktualisasi diri ini melahirkan individu yang mampu memandang realita dengan pikiran yang luas dan menyeluruh.
SIMPULAN
Ajaran atau dasar dari teori kepribadian humanistik salah satunya bersumber dari ajaran filsafat modern eksistensialisme. Dalam hal ini, individu dipandang sebagai penentu bagi tingkah laku serta pengalamannya sendiri. Sedangkan pengalaman subjektif lebih utama untuk ditempatkan pada objek kajian mengenai tingkah laku manusia. Di samping itu, manusia memilki sifat pembawaan yang baik sejak ia dilahirkan.
Oleh Maslow, kebutuhan manusia dikelompokkan menjadi lima kebutuhan dan bersifat hierarki (kebutuhan bertingkat). Dari kebutuhan-kebutuhan ini, kita dapat melihat dan mengetahui kecenderungan –tingkah laku- individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.Tingkah laku manusia itu juga dapat diketahui sebagai akibat dari tidak terpenuhinya salah satu dari lima kebutuhan di atas.
Adapun aktualisasi diri, dalam teori ini merupakan pencapaian tertinggi yang diraih manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, ketika seseorang berhasil mengaktualisasikan diri, maka dapat dikatakan ia telah memasuki kehidupan yang ideal.
REFERENSI
E. Koeswara. Teori-Teori Kepribadian Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: Eresco. 1991
Demikian penjelasan tentang "ABRAHAM MASLOW: Teori Kepribadian Humanistik ". Semoga Bermanfaat....
0 komentar:
Silahkan untuk memberikan komentar di sini...