Sabtu, 21 Agustus 2010

Resensi Novel De Winst

Judul Buku      : De Winst
Penulis             : Afifah Afra
Penerbit           : Afra Publishing
Cet.pertama    : Februari 2008

Novel ini menceritakan kisah semifiktif perjuangan sebelum kemerdekaan Indonesia. Konflik dimulai saat Rangga usai menyelesaikan studinya sebagai sarjana ekonomi di Universitas Leiden, Belanda. Lalu pulang ke tanah kelahirannya di Batavia. Rangga yang bergelar Raden Mas, dituntut untuk memajukan perekonomian kaum pribumi dengan menjadi salah satu petinggi pabrik gula, De  Winst.
Oleh ayahnya, Rangga telah dijodohkan dengan sepupunya, Sekar. Padahal hatinya telah berlabuh pada sosok Kareen, perempuan jelita berkebangsaan Belanda yang ramah. Namun, secara mengejutkan dan tanpa sebab yang ia ketahui, Kareen telah menjadi istri orang yang membenci dirinya dan merupakan atasannya di tempat ia bekerja. Konflik terus berlanjut, kemunculan Kresna, pemuda misterius yang mengaku sebagai kekasih Sekar, sedangkan Sekar telah mengatakan Jatmiko sebagai kekasihnya.

Rangga dibuat bingung dengan sikap Sekar, seorang aktifis yang gencar mengkritik pemerintahan Hindia Belanda dan bersikap acuh padanya juga Kresna yang terkesan angkuh, tapi terus mendorong dirinya bergerak melawan kaum imperialis.
Konflik memuncak ketika Sekar ditangkap dan Kresna tiba-tiba menghilang. Pratiwi-yang ternyata adik tiri Rangga- diculik. Kemudian saat Kareen membuka hati untuk dirinya, pikirannya terus terbayang Sekar,  wanita yang pernah dijodohkan dengannya.

Selain harus mengahapi masalah yang melanda hatinya, Rangga menghadapi tuntutan pemerintah yang menuduhnya berusaha menggulingkan pemerintahan Hindia Belanda. Rangga mendapat hukuman dengan diasingkan di suatu pulau.
           
Di akhir cerita, Afifah Afra memberi ruang imajinasi pada pembaca untuk menebak nasib para tokoh selanjutnya. Tak banyak penulis yang menceritakan sejarah dalam bentuk novel. Dan Afifah Afra, seorang penulis produktif adalah salah satunya.

Novel ini menggambarkan perjuangan para pemuda dalam meraih kemerdekaan dari sisi yang lain, yaitu melalui gerakan non senjata. De Winst juga mengingatkan agar para pemuda bisa menumbuhkan jiwa nasionalis dalam dirinya dan berjuang untuk Tanah air. Tidak hanya terus mengimitasi kebudayaan luar yang banyak bertentangan dengan norma dan etika yang berlaku di Indonesia. Ini digambarkan dalam sosok Rangga, pemuda Kejawen yang menuntut ilmu di negeri penjajah dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur.

Tidak perlu khawatir menjadi bosan ketika membaca novel berlatar belakang sejarah ini, karena sang penulis membumbuinya dengan keruwetan cinta antar tokoh yang begitu menarik untuk disimak. Sayang sekali jika kita melewatkannya.

Related Posts by Categories



0 komentar:

Silahkan untuk memberikan komentar di sini...

  • Jika tidak ingin menampilkan atau tidak memiliki website/URL, pilih profile Name/URL, isi Name dan kosongi URL
  • Terima Kasih...
  •