 Novel kedua dari tetralogi De Winst ini mengungkapkan perjuangan kedua perempuan di dua negri yang berbeda. Sekar harus memperjuangkan idealismenya di negri Kincir Angin, Negara yang diimpikannya, menggapai ilmu pengetahuan setinggi-tingginya, sekaligus sebagai tempat menjalani hukuman sebagai seorang yang dijatuhi hukuman pembuangan.
Novel kedua dari tetralogi De Winst ini mengungkapkan perjuangan kedua perempuan di dua negri yang berbeda. Sekar harus memperjuangkan idealismenya di negri Kincir Angin, Negara yang diimpikannya, menggapai ilmu pengetahuan setinggi-tingginya, sekaligus sebagai tempat menjalani hukuman sebagai seorang yang dijatuhi hukuman pembuangan. Tentu tak mudah menjalani kehidupan di tempat pembuangan. Namun bagi Sekar, ia bagai hidup di sangkar emas. Betapa tidak, sepupunya, Garendi, telah menyambut dirinya dan mempersiapkan segala sesuatu untuknya termasuk tinggal di sebuah puri yang begitu megah. Sebuah puri cinta, paleis de Liefde. Garendi yang dipercaya sebagai kaki tangan pemilik puri yang juga anggota parlemen di Tweede Kamer untuk menjajalankan bisninya di Negeri kincir Angin
Sekar Prembajoen tertatih-tatih  menyusuri kehidupan yang jauh dr keluarganya. Termasuk harus berurusan dengan Roesmini van De Brand yang dijual ayahnya di rumah pelacuran dan menjalani affair dengan anggota parlemen. Perkenalannya dengan Sophie,  putrid pemilik paleis  de Liefde yang memilih menanggalkan segala atribut kemewahan dengan memilih kuliah jurusan sosiologi antropologi, seorang wartawan yang ingin menguak peristiwa yang terjadi pada Roesmini.
Kemudian Garendi yang diam-diam bergabung dengan gerakan bawah tanah yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia 
Sementara itu di Tanah Hindia Belanda, Everdine Kareen Spinoza, seorang advocate, harus berjuang melawan system hukum yang jauh dari keadilan, meski ia sendiri seorang Netherlander 
          Tuduhanpun dilayangkan pada Kareen sebagai Nederlander yang tak setia pada Istana Orange. Karena interaksi dengan Jodiestira, ia juga dianggap merencanakan sebuah pemberontakan. Tanpa melalui prose peradilan, Kareen pun dijatuhi hukuman dengan diasingkan di Negara Suriname 
Novel ini, menurut saya, menitikberatkan kehidupan kedua tokoh perempuan, Sekar dan Kareen, serta bagaimana mereka melaluinya. Tanpa disadari, sebenarnya keduanya bertemu pada titik satu masalah, Roesmini dan Rinnah, ibu anak yang dipisahkan oleh pengadilan khusus orang2 Eropa, Rad Van Justitie.  Terkadang saya harus metenteng untuk menemukan jalan cerita karena alur melompat-lompat (ada 2 tokoh central). Namun tetap saja novel ini, dalam setiap halamannya selalu memunculkan keingintahuan dan perasaan untuk segera merampungkan membacanya.
Di bagian akhir novel ini, dicantumkan buku harian Kareen (tentu saja fiktif, ^_^ ) ketika didalam kapal perang de Zeven Provincien yang akan membawanya ke Suriname Indonesia 
Melihat akhir cerita, sepertinya akan ada kelanjutan dari novel ini, -namanya juga tetralogi- (saya sangat menantikan). Kira-kira pertanyaan yang saya tangkap di akhir cerita adalah Bagaimana nasib juga keberadaan Kareen dan Joedhistira, bagaimana pula kehidupan Sekar selanjutnya di negeri Kincir Angin??
Tambahan : Runtutan peristiwa pemberontakan de Zeven Provincien dapat dilihat disini.
 

 

0 komentar:
Silahkan untuk memberikan komentar di sini...