Senin, 16 April 2012

Kisah Ashabul Kahfi Dalam Al-Qur’an (QS. Al-Kahf: 9-22)


Photobucket

Cerita tentang kisah-kisah merupakan unsur yang paling dominan dalam surat al-Kahfi. Salah satu di antaranya diceritakan tentang kisah Ashabul Kahfi, yakni mulai pada ayat 9-22.
Ayat 9-11
9. atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka Termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?
10. (ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)."
11. Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,
Di dalam kisah Ashabul Kahfi  ini terdapat banyak riwayat dan pendapat. Kisah ini dikisahkan dalam buku-buku klasik dengan gambaran cerita yang beragam. Thahir Ibnu Asyur menilai ayat ini bagaikan berkata, Apakah engkau menduga bahwa peristiwa yang dialami Ashhab al-Kahf merupakan kisah ajaib? Sungguh, yang lebih ajaib lagi adalah mematikan yang hidup setelah kehidupan mereka. Uraian ini, tulis Ibnu Asyur lebih lanjut, sebenarnya adalah sindiran kepada mereka yang bertanya karena ingin mengetahui keajaiban yang terjadi pada Ashhab al-Kahf, padahal yang bertanya  itu lengah terhadap yang lebih aneh dan ajaib, yaitu tentang kematian semua makhluk dan kehancuran alam raya. Sekaligus ini merupakan tuntunan kepada mereka yang hanya memperhatikan sisi-sisi yang aneh pada satu kisah, tanpa mengambil pelajaran dari kisah-kisah itu.

Kata ar-raqim dalam ayat di atas berarti tulisan, yakni tulisan yang memuat nama-nama para pemuda itu. Al-Biqa’i memahaminya dalam arti desa atau gunung tempat mereka berada. Ada juga yang memahaminya sebagai nama anjing mereka. Ada lagi yang memahami dalam arti kelompok yang berbeda dengan Ashhab al-Kahf. Menurut beberapa tafsir disebut raqim karena dipuncak gua tersebut setelah beberapa ratus tahun kemudian telah diketahui oleh orang letak gua itu dan penghuni yang ada di dalamnya, lalu nama-nama penghuni itu pun dipahat di muka gua itu yang akan jadi kenang-kenangan bagi manusia yang hidup setelahnya.
           
Ayat-ayat yang menguraikan kisah Ashabul Kahfi, seperti halnya kisah-kisah al-Qur’an yang lain, tidak menyebut siapa mereka atau dimana dan kapan terjadinya peristiwa ini. Hal tersebut juga untuk lebih mengarahkan manusia kepada inti dan pelajaran yang dapat ditarik dari kisah-kisah al-Qur’an.
           
Pengarang tafsir al-Munkhatab yang terdiri dari sekelompok ulama dan pakar Mesir berusaha mengungkap tempat dan waktunya melalui isyarat-isyarat al-Qur’an. Berangkat dari sana mereka menyatakan bahwa Ashhab al-Kahf adalah sekelompok pemuda yang beriman pada Allah, yang tengah mengalami penindasan agama sehingga mereka mengasingkan diri ke dalam sebuah gua yang tersembunyi.

Thabathaba’i menyebut lima tempat di mana terdapat gua yang diduga orang sebagai gua Ashabul Kahfi.
           
Pertama, di Episus atau Epsus, satu kota tua di Turki, sekitar 73 km dari kota Izmir dan berada di suatu gunung di desa Ayasuluk. Gua ini berukuran sekitar satu kilometer. Ini popiler sebgai gua Ashhab al-Kahf di kalangan umat Nashrani dan sebagian umat Islam. Tetapi tidak ada bekas masjid atau rumah peribadatan sekitarnya, padahal al-Qur’an menjelaskan bahwa  sebuah masjid di bangun di lokasi itu. Arahnya pun tidak sesuai dengan apa yang dilukiskan oleh al-Qur’an. Al-Qur’an melukiskan bahwa matahari bersinar pada saat terbitnya di arah kanan guadan ketika terbenam di arah kirinya, dan ini berarti pintu gua harus berada di arah selatan, padahal pintu gua tersebut tidak demikian.

Kedua, gua di Qasium dekat kota ash-Shahiliyyah di Damaskus.
Ketiga, Gua al-Batra’ di Palestina
Keempat, gua yang katanya ditemukan disalah satu wilayah di Skandinavia. Konon di sana ditemukan tujuh mayat manusia yang tidak rusak bercirikan orang-orang Romawi dan diduga merekalah Ashhab al-Kahf.

Kelima, gua Rajib, yang berlokasi sekitar 8 km dari kota ‘Amman, ibukota kerajaan Jordania, di satu desa bernama Rajib.

Menurut Rafiq Wafa’ ad-Dajani, peneliti dan pakar purbakala meyakini bahwa gua inilah gua Ashhab al-Kahf yang disebut dalam al-Qur’an. Gua inilah yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebut dalam al-Qur’an, bukan yang terdapat di Epsus, atau Skandinavia atau tempat-tempat lain.
           
Penindasan yang dilakukan oleh penguasa zaman pemuda-pemuda itu diperkirakan terjadi pada masa Tarajan (98-117 M), dan penguasa yang memerintah pada saat pemuda-pemuda itu bangun dari tidurnya adalah Theodosius (9408-450 M) yang disepakati oleh pakar-pakar sejarah, baik Muslim maupun Kristen, sebagai raja yang bijaksana. 
      
Pakar dan sejarawan dipersilakan mengemukakan aneka pendapat, namun yang pasti peristiwa tersebut pernah terjadi dan dari peristiwa itu kita harus mengambil pelajaran yang berharga. Dan sebagaimana dijelaskan di atas, kisah mereka yang luar biasa itu bukanlah merupakan bukti yang ajaib dari ayat-ayat Allah. Dalam lembaran-lembaran alam raya ini dan di dalamnya terdapat keajaiban dan keanehan yang melebihi keajaiban kisah Ashabul Kahfi dan Ar-raqim.

Untuk selengkapnya, Kisah Ashabul Kahfi Dalam Al-Qur’an bisa di download di link ini DOWNLOAD

 

Related Posts by Categories



0 komentar:

Silahkan untuk memberikan komentar di sini...

  • Jika tidak ingin menampilkan atau tidak memiliki website/URL, pilih profile Name/URL, isi Name dan kosongi URL
  • Terima Kasih...
  •