Minggu, 01 Mei 2011

Teori Kepribadian Sigmund Freud: Psikoanalisa

Teori Kepribadian Sigmund Freud: Psikoanalisa


Photobucket 
Sigmund Freud adalah seorang dokter muda dari Wina yang mendapat julukan sebagai “Bapak Psikoanalisis. Ia berpendpat bahwa, kesadaran merupakan bagian utama bahkan terbesar yang berpengaruh terhadap kehdupan mental manusia. dan dari pernyataan tersebut ia mengemukakan bahwa alam bawah sadar (ketidaksadaran) adalah bagian terbesar yang membawa pengaruh besar pula bagi keadaan mental masing-masing individu. Sedangkan alam sadar (kesadaran) adalah sebagian kecil yang dapat membawa pengaruh terhadap keadaan mental masing-masing individu.


Salah satu contohnya adalah analisis mimpi yang juga berasal dari analisis Sigmund Freud, yang disebut dengan analisis mimpi. Ia mengemukakan bahwa dalam mimpi, seseorang sedang berada pada alam bawah sadar. Maka segala pengalaman dan keinginannya diolah kembali saat ia tidur. Sehingga orang tersebut dapat mengetahui atau mengingat kembali segala pengalaman dan keinginannya tersebut. Yang kemudian jika orang tersebut telah menuju ke alam sadar, segala keinginan atau nalurinya dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata. Maka memang benar jika alam bawah sadar memiliki peran yang sangat besar. Karena pada alam bawah sadar terdapat kekuatan-kekuatan dasar atau pokok dalam diri manusia sebelum merealisasikannya dalam bentuk perbuatan di kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penjabaran di atas, perilaku manusia adalah sebagai hasil interaksi dari 3 sistem yang ada pada alam bawah sadar, yaitu:

1)      Id (aspek biologis)
Id merupakan sistem yang paling pokok dan mendasari kedua system yang lainnya. Dan bisa dikatakan bahwa id merupakan pemasok energi bagi kedua sistem yang lainnya untuk melakukan segala aktifitasnya. Id merupakan dunia batin yang tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Sistem id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir Adapun kelemahan dari sistem ini adalah tidak bisa mentoleransi pasokan energi yang terlalu banyak, yang nantinya bisa menyebabkan meningkatnya tegangan saraf masing-masing individu. Namun kelebihannya, meskipun id memiliki kelemaahn ia tetap dapat mengatasinya sendiri. Yang artinya id mampu berusaha mengurangi tegangan tinggi menjadikembali ke keadaan semula.

Meningkatnya tegangan yang ada pada masing-masing individu adalah karena adanya pengaruh dari luar dan dari dalam diri manusia. pengaruh dari dalam adalah tergantung dari sifat atau pembawaan sejak lahir dari tiap individu, sedangkan pengaruh dari luar adalah pengaruh ligkungan serta pengaruh individu lainnya.

Untuk mencapai tujuan id tersebut, terdapat dua macam proses, yaitu:
o       Tindakan refleks: suatu tindakan yang terjadi secra otomatis tanpa direncanakan, dan munculnya dikarenakan kebiasaan dari tiap-tiap individu yang menjalaninya. Misalnya: bersin, berkedip, dsb.
o       Proses pokok atau primer: suatu proses yang bisa mengurangi tegangan dengan membentuk bayangan dari suatu objek yang melibatkan reaksi psikologi yang terperinci yang hanya berasal dari dalam jiwa individu yang mengalami tegangan tersebut. Misalnya: orang yang sedang lapar, emmbayangkan makanan.

Salah satu contohnya lagi adalah misalkan ada seseorang yang ingin kaya. Ia akan merasa terpuaskan jika berkhayal atau bermimpi memiliki harta yang berlimpah ruah, hidup mewah tanpa terlalu bersusah payah mencarinya, dsb. Dari situlah awalnya dapat dikatakan id adalah sistem yang dapat mengurangi tegangan.

2)      Ego (aspek psikologis)
Ego bisa dikatakan sebagai suatu sistem yang menjembatani sistem id untuk mencapai tujuannya. Jadi, ego adalah sebagai pengarah keinginan atau naluri-naluri yang ada di dalam jiwa manusia ke dalam kehidupan nyata. Dengan pengarahan dari ego, seseorang akan berpikir sebab-sebab munculnya segala naluri dan keinginannya.Dan ego berlangsung berdasarkan pada kenyataan atau realita.

Sistem sekunder menyusun rencana untuk memuaskan segala keinginan, serta menguji apakah keinginan-keinginan tersebut dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata atau tidak, jadi paad intinya ego adalah menuntut seseorang untuk berpikir.

Di dalam id dan ego sering terjadi konflik karena ego menghambat proses perefleksian naluri-naluri yang berasal dari id. Menghambat di sini dalam artian, ego tidak menghanbat naluri-naluri yang baik dan layak untuk direfleksikan ke dalam kehidupan nyata. Namun, ego berusaha menghambat naluri-naluri yang tidak layak untuk dan tidak dapat diterima oleh lingkungan.

3)      Superego (aspek sosiologis)
Superego merupakan suatu sistem kepribadian yang terbentuk melalui pemahaman tiap-tiap individu terhadap berbagai aturan yang berasal dari individu lain yang berupa dorongan-dorongan untuk menerapakn nilai-nilai yang positif saja.

Fungsi dari superego di antaranya: sebagai pengendali dorongan-dorongan (id) agar dapat diterima dengan baik oleh lingkungan, mengarahkan ego kepada hal-hal yang positif saja sesuai dengan kenyataan, dan sebagai pendukung semua individu untuk mencaapi kesempurnaan dan keseimbangan hidup.

DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Freud, energi yang terdapat pada diri manusia adalah energi yang kompleks diperoleh dari makanan dan digunakan untuk berbagai aktivitas, seperti: bernapas, kontraksi otot-otot, berpikir, mengamati, mengingat, dan sebagainya. Energi manusia hanya dapat dibedakan berdasarkan pada system penggunaannya yaitu: aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang digunakan untuk aktivitas psikis  disebut energi psikis. Namun energi fisik dapat diubah menjadi energi psikis. Dan yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dan naluri-nalurinya (instink).

1.      Naluri (instink)
Naluri (instink) merupakan sumber perangsang bawaan yang berasal dari keadaan tegang dan terangsang pada tubuh yang disebabkan oleh munculnya keinginan atau kebutuhan yang menjadi alasan. Naluri memiliki peranan yang lebih penting daripada pengaruh rangsangan dari luar. Naluri juga dapat diartikan sebagai sejumlah energi psikis yang dipergunakan untuk menentukan keprbadian.

Naluri pada tiap-tiap individu dapat berubah-ubah objeknya karena energi psikis dapat dibalik arahkan terhadap objek lain. Naluri merupakan bentuk pengurangan tegangan yang tiba-tiba meingkat dalam keadaan peka. Naluri selalu berusaha menjaga keseimbangan organisme dengan memperbaiki dan mengatasi keadaan kekurangan akan kepuasan.

Sistem naluri adalah sistem yang berulang-ulang seperti bentuk lingkaran yang tidak memiliki ujung. Setelah dalam keadaan tenang, akan terasa tegang, dan kemudian kembali tenang lagi, begitulah seterusnya. Naluri dibedakan atas dua macam, yaitu:
a)      Instink-instink hidup (naluri kehidupan)
Naluri kehidupan adalah naluri yang mengutamakan pengendalian ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Yang artinya naluri kehidupan ditujukan pada pemeliharaan hidup manusia sebagai individu dan spesies. Contoh: lapar, haus, seks.
b)      Instink-instink mati (naluri kematian)
Naluri kematian adalah naluri yang menuju pada perusakan (naluri merusak), yang artinya bahwa semua tujuan organisme adalah kembali kepada anorganis (semua proses kehidupan itu cenderung untuk kembali kepada ketetapan dunia tiada kehidupan).

Freud menyatakan bahwa, naluri kematian bisa ditujukan pada dua arah, yakni kepada dirinya sendiri (berupa tindakan menyakiti diri individu itu sendiri) dan kepada orang lain (berupa tindakan membunuh atau menyakiti orang lain). Namun pada hakikatnya, setiap orang pada alam bawah sadarnya memiliki kemauan untuk mati (keinginan yang dijaga kuat-kuat oleh ego).

2.      Distribusi dan Penggunaan energi Psikis
Dinamika kepribadian terdiri atas energi psikis yang didistribusikan dan digunakan oleh id, ego, dan superego untuk selalu bersaing dalam penggunaan energi karena ingin menguasai atau mendapat energi yang lebih banyak dari energi lain sehingga menjadi lebih kuat.

Pada awalnya, id adalah penguasa utama atas eluruh energi psikis yang ada, dan dimanfaatkan untuk tindakan refleks dan proses primer dalam pemuasan berbagai keinginan atau kebutuhan. Namun id juga memiliki kelemahan dalam membedakan objek-objek. Yang artinya objek-objek yang masih ada dalam bayangan tidak ada bedanya dengan objek-objek nyata. Maka dari itu, untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan organisme, id membutuhkan bantuan ego.
Ego berjalan melalui proses mekanis yang disebt dengan “identifikasi”. Dan untuk melakukannya, ego mengambil energi dari id. Yang dimaksud dengan identifikasi adalah suatu prose di mana manusia harus bisa membedakan antara objek-objek dalam bayangan dengan objek-objek nyata. Dan identifikasi sebenarnya adalah hasil dari sistem ego. Karenanya ego memiliki wewenang untuk menggunakan energi psikis hanya untuk pemuasan akan kebutuhan tetapi juga untuk proses psikologis lainnya. Maka tujun dari system ego tidak lain adalah untuk menciptakan keharmonisan dalam kepribadian, yang membuat ego manusia menjalin hubungan lebih baik dan efisien dengan dunia luar.

Dan selanjutnya menunjuk pada superego. Untuk menjelaskan mekanisme identifikasi dalam penyaluran energi kepada superego, perlu adanya contoh perefleksian dari ketergantungan dari seorang anak terhadap orang tua. Seorang anak tidak memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Maka dari itu, orang tua harus berperan sebagai penyedia objek pemuas kebutuhan, dan juga sebagai penanam nilai-nilai moral, adat istiadat, dan ideal-ideal yang berlaku di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pada intinya penguatan dan penanaman nilai-nilai moral terhadap anak, dapat menyebabkan seorang anak melakukan identifikasi terhadap orang tuanya.

Kesimpulannya, dengan adanya id, ego, dan superego yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan kepribadian antar individu.

3.      Kecemasan (ketakutan/kekhawatiran)
Dalam dinamika kepribadian, sebagian besar fungsinya adalah untuk memuaskan kebutuhan dengan menjalin hubungan dengan objek-objek dunia luar. Namun di dunia luar terkadang terdapat bahaya yang mengancam yang menimbulkan reaksi terhadap individu yang menghadapinya berupa kecemasan atau ketakutan. Umumnya orang yang merasa terancam adalah orang yang penakut.

Freud mengemukakan bahwa ada tiga macam kecemasan pada individu, yaitu:
a)      Kecemasan realistis: kecemasan individu terhadap bahaya-bahaya yang nyata (riel) yang terjadi di dunia luar.
b)      Kecemasan neurotis: kecemasan yang terjaid jika instink-instink tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan pelakunya dikenakan hukuman.
c)      Kecemasan moral: kecemasan yang muncul karena tekanan superego terhadap ego individu yang telah melakukan pelanggaran moral-moral kehidupan yang berlaku.

Adapun fungsi kecemasan atau ketakutan adalah untuk memperingatkan individu akan datangnya bahaya, yang apabila isyarat tersebut tidak diperhatikan maka kecemasan tersebut akan semakin meningkat. Bahkan isa menyebabkan ketakutan traumatis (ketakutan-ketakutan yang tidak dapat dikuasai dengan tindakan-tindakan efektif.

4.      Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian dalam teori psikoanalisa dilandasi oleh dua pernyataan, yakni:
a)      Pernyataan bahwa kepribadian terbentuk dari bayangan pengalaman pada masa awal kanak-kanak.
b)      Energi seksual (libido) sudah ada sejak lahir yang kemudian berkembang melalui berbagai tahapan psikoseksual yang berasal dari proses-proses naluriah organisme.

Manusia memiliki empat fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang menentukan kepribadian individu, yaitu:

1)      Fase Oral
Fase oarl adalah fase perkembangan yang etrjadi pada tahun pertama dari kehidupan individu. Pada fase ini daerah erogen yang paling peka adalah mulut, yag berkaitan dengan pemuasan kebutuhan pokok seperti makanan dan air.. rangsangan yang terjadi pada mulut adalah pada saat menghisap makanan atau minumannya. Fase oral berakhir saat bayi tidak lagi memperoleh asupan gizi secara langsug dari ibunya.

2)      Fase Anal
Fase anal merupakan tahapan perkembangan dari tahun kedua sampai ketiga dalam kehidupan. Pada fase ini energi libidal difokuskan ke daerah dubur, yang kepuasannya diperoleh dari keinginan mempermainkan atau menahan kotoran. Adri situlah orang tua harus memperkenalkanaturan-aturan kebersihan kepada anak.
Tata cara penerapan orang tua terhadap anak tentang toilet training:
a.       Cara penerapan yang memaksa, yang menyebabkan anak akan memiliki kepribadian yang kaku, keras kepala, dan sebagainya dalam hal kebersihan.
b.      Ada kalanya orang tua memberikan kebebasan terhadap anak saat membuang kotoran, maka anak akan memiliki kepribadian yang anal aggressive.

3)      Fase Falik
Fase falik berlangsung pada tahun keempat atau kelima. Anak-anak pada fase ini mengalami yang dinamakan dengan Oedipus complex (hasrat seorang anak yang ingin memiliki orang tua lawan jenisnya untuk memenuhi kepuasan seksualnya). Hal ini tidak akan terjadi jika ia mampu mempertahankan nilai-nilai moral yang sesuai dengan jenis kelaminnya.

Setelah fase ini berakhir, anak-anak akan memasuki masa tenang (masa pubertas). Di sini anak-anak cenderung melakukan aktivitas yang non seksual, misalnya: bergaul dengan teman-temannya, menyalurkan hobinya, dan sebagainya.

4)      Fase Genital
Fase genital adalah fase di mana individu mendapat hasrat seksual yang semakin besar terhadap lawan jenis. Hal ini dikarenakan matangnya organ-organ reproduksi dan meningkatnya hormone-hormon yang menghasilkan seks sekunder. Yang sering menjadi sasaran energi libido adalah lawan jenis. Karakter ini dimiliki oleh orang yang mampu mengembangkan hubungan seksualnya, tapi tetap dengan penuh tanggung jawab.

5.      Penerapan Psikoanalisa dalam Psikoterapi
Ada beberapa teknik psikoanalisa yang diterapkan dalam psikoterapi melalui beberapa kasus nyata, yakni:

a)      Penggunaan asosiasi bebas
Asosiasi asosiasi bebas dari seseorang berupa pemikiran dan perasaan akan muncul melalui proses represi dan motivasi pada alam bawah sadar yang secara perlahan akan naik kea lam sadar dengan penggunaan energi psikis lebih banyak untuk tujuan penyesuaian. Namun dlam keadaan tidak sadar seseorang akan melakukan penolakan terhadap represi yang dilakukannya. Maka dari itu memunculkan kesadaran adalah penting, sebagai syarat utama keberhasilan terapi.

b)      Analisis mimpi
Melalui analisis dan penafsiran mimpi, seseorang akan memperoleh pengetian yang jauh lebih besar terhadap konflik-konflik yang menjadi penyebab munculnya gejala-gejala dari segala perkara yang dialaminya.

c)      Analisis transferensi
Pada analisis ini, yang terpenting adalah seseorang mampu mengarahkan rasa cinta dan bencinya pada sesuatu kepada terapeut.  Transferensi berlangsung secara tidak sadar. Tarnsferensi membantu seseorang untuk memahami pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan yang muncul pada alam mimpi.

d)      Reedukasi
Terapi ini merupakan terapi yang oaling sulit karena memakan biaya dan waktu yang banyak dan mempunyai beberapa kekurangan. Namun bagi Freud dan pengikutnya, teknik terapi itu adalah sebagai pelopor dan penyumbang yang besar dalam upaya meringankan penderitaan manusia.

Teori Kepribadian Sigmund Freud: Psikoanalisa

Related Posts by Categories



0 komentar:

Silahkan untuk memberikan komentar di sini...

  • Jika tidak ingin menampilkan atau tidak memiliki website/URL, pilih profile Name/URL, isi Name dan kosongi URL
  • Terima Kasih...
  •